16 Oktober 2013

Anting

Aku berbaring di sebuah rumah pohon tanpa atap. Separuh wajahku ku tutup slayer karena tak nyaman terkena silau sinar bulan. Ngantuk sekali rasanya…

Beberapa orang masih berkumpul di sana, berlatih. Aku malah lebih memilih leyeh-leyeh di sini. Tak apalah, besok kan aku sekolah, tak boleh capek-capek, hiburku agar tidak di cap malas oleh diri sendiri.
Tak lama berselang tiga bocah lak-laki -berkisar kelas 3 SD- sepertinya juga lelah berlatih dan ikut naik ke atas rumah pohon. Ah, mengganggu kedamaianku saja.

“he kalian ngopo mrene?” ucapku masih terlentang dan muka tertutup slayer separo.

“ben to” salah satu anak menjawab, Tur.

Ah yasudahlah, asal mereka tidak berisik.

Tapi mereka malah cerita-cerita di sekitarku. Mulai dari PR sekolah, temannya, dan lain-lain. Aku sih sayup-sayup tapi tetap menyimak juga. Hehe. Tiba percakapan mereka sampai pada sebuah topik yang membuarku gusar.

“… aku pengen masang anting, tapi wedine pas mbolongine yo” seorang anak bernama Rel.

“he’e, yen loro..” Tur.

Anak yang satunya, An, hanya menyimak juga sepertinya.

WHAT THE?! Anak kecil? Cowok? Kelas 3 SD? Bahas mau pake anting?
Okay, calm down….
Akupun ikut nimbrung perbincangan mereka, dengan mata tetap terpejam tentunya.

“heh ngopo nggo anting? Lanang ki rak nggo anting”

“aku wedine ki mbolongine ki lho mbak” si Rel menjawab.

Nah takut juga kan.

“he’e ojoo.. loro banget kuwi! Yen wedok sih marine cepet koyok aku, tapi yen lanang ki suwiiii bangeett.. loro bangeet harang..” berusaha menakuti, moga aja ilang tuh niat mereka.

“hi mosok? Wagu oog..” si Rel menjawab.

“yo emang ngono..”

“lha mas Dap kuwi, yo nggo anting” tambah si Tur.

Buseet…!

Dap  adalah mmm seseorang yang memang tinggal di daerah rumahnya si Tur. Umurnya sekitar 19 mungkin. Bentukannya ya preman gitu. Hih parahlah. Bagaimana bangsa ini jika anak-anak mencontoh orang-orang seperti Dap? –bukan maksud saya untuk merendahkan siapapun-

Oke, lanjut ke percakapan tadi.

“lha trus ngopo yen nggo anting?” jawabku sok cuek.

“yoo sangar wae..” si Tur menjawab.

Glek! Anak-anak menjadikannya idola. Miris.

“emang yen nggo anting sangare opo? Iso mancal wong?” mancal di sini maksudku bela diri gitu. Ya, biar mereka gampang nangkep omonganku.

“he? Yen nggo anting emang iso mancal wong, ngono?” sengaja aku ulangi lagi pertanyaanku.

“rak nggo anting yo iso sih” si Rel menjawab.

“nah kuwi! Yen meh sangar ki kae lho, latihan sing tenanan, rak sah nggaya masang anting harang!”

“he’e kuwi lhoo An.. latihan sing genah” mereka sambil tertawa-tawa malah menjahili si An yang sedari tadi diam.

“kalian iyo! Kabeh -_-.“

Harapanku agar mereka sungguh menjadi serius ketika latihan dan melupakan hal-hal semacam anting itu…





Anak-anak tidak tahu apa yang mereka jadikan panutan, apakah itu baik atau buruk. Hati-hati :)

2 komentar:

  1. Kereeeeen ik cerita kehidupan! :O
    Aku ngakak waktu dibagian, "He....ngopo kowe mrene" mbek mbayangke mukamu bwakakaka :DDD

    BalasHapus