26 April 2013

Yodah

"Yodahlah, mbalik kayak dulu aja."
Sebuah kata yang tiba-tiba terlintas. Ga begitu penting sih, tapi kayaknya lumayan buat ngisi ngisi blog.
Mungkin ada sebagian dari kita yang bukan merupakan tipe 'pencerita'. Pencerita di sini maksudku bukan ember ataupun comel. Maksudku adalah orang yang biasanya sering berbagi cerita atau sebut aja curhat pada temennya.
Well, aku suka cerita sih sama temen tentang banyak hal. Tapi untuk hal sedih, aku susah cerita. Bukan kenapa-kenapa ya, aku sebenernya kuatir kalau tanggapan dari orang yang keceritakan itu justru membuatku makin sedih. Oleh karena itu aku ga suka cerita yang sedih-sedih, takut makin sedih :(.
Salah satu temenku berkata, kalau cerita sedih ke teman lain tu bisa ngurangi beban di dada. Hmm sepertinya saran yang bagus, karena akhir-akhir ini aku merasa masalah yang datang tidak bisa kuselesaikan/pendam sendiri. Aku jadi suka cerita-cerita deh tentang apa aja, bahkan yang sedih. Makin lama aku merasa, waktu aku lagi cerita sedih, aku ngerasa diriku lemah banget T_T gitu aja menye menye
Aku juga kadang jadi tambah sedih.... Trus aku mungkin bisa memutuskan, Yodahlah, mbalik kayak dulu aja, ga usah cerita yang sedih-sedih... biar itu urusanku..
Huoooo

25 April 2013

Sepi

Sepi dan sendiri adalah dua hal yang sangat berbeda. Kesepian? Kesendirian?
Ketika kita sedang sendiri dan kita merasa ramai, artinya jiwa kita memang penuh dengan lalalalilili yang seru. Emm tapi bisa aja itu menandakan bahwa kamu gila ._. Bayangkan saja, ketika kamu sendirian dan kamu mendengar banyak suara huru hara, berarti kalau bukan gila ya horor.
Sedangkan ketika kita berada di tempat ramai namun hati kita merasa sepi, itu berarti ada salah dengannya. Apa yang membuat hati merasa kesepian? Lingkungan atau orang-orang yang tidak dikenal? Entahlah
...
Banyak orang yang takut merasa kesepian. Kamu akan sedih ketika melihat orang yang sudah sangat tua berjalan sendirian, makan sendirian, atau pun duduk di taman sendirian.
Apakah kamu sedih untuk orang tua itu??
Sepertinya bukan,  kamu sedih karena kamu takut jika dirimu sendiri tua kelak, kau juga mungkin akan 'terlihat' kesepian. Maka janganlah kita mengacuhkan orang tua kita sekarang, ataupun ketika mereka tua kelak, mereka juga tidak ingin kesepian...

02 April 2013

Aku... Hanya penasaran

Aku punya sebuah cerita, terjadi ketika kira-kira umurku belum mencapai 10 tahun. Mungkin 8.

Subuh yang tenang dan cukup dingin dihari Minggu, aku dan beberapa temanku sekampung pergi jalan-jalan, atau mungkin kalian lebih mengerti kalau aku sebut jogging. Kami berjalan sejauh 1 km, lalu sampai di daerah di mana toko-toko kecil berjejeran, dari rumah makan, tempat fotocopy sampai potong rambut. Di depan sebuah warteg ada kursi yang diletakkan memang sengaja di pinggir jalan. Aku dan teman-temanku duduk sejenak di situ untuk beristirahat. Warteg itu pintunya baru di buka setengah, maklum masih subuh, memperlihatkan sebuah lemari es kaca dari produk minuman bersoda warna merah.
Lemari es itu ada di depan pintu, di dekatku. Aku membukanya dan memasukkan tanganku perlahan ke dalamnya. Tiba-tiba pemilik toko muncul tergopoh-gopoh sambil berteriak "heh ojo ngono! tugel lho tanganmu!" (hei jangan! patah lho tanganmu!)
Aku memandangnya sejenak lalu menutup lemari es itu dan pergi menjauh meninggalkan warteg itu bersama teman-temanku.

Baru beberapa bulan ini aku menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu.
Waktu itu aku belum punya lemari es di rumah. Ketika aku melihat lemari es itu di warteg aku penasaran. Kumasukkan tanganku untuk merasakan hawa dinginnya. Ya, aku penasaran bagaimana rasanya jika tangan dimasukkan ke dalam lemari es? Apakah rasanya akan sama seperti di kutub utara? yang sering aku liat di layar kaca.
Dan setelah aku pergi dari warteg itu karena pemilik warteg yang tiba-tiba muncul dengan wajah yang menurutku tidak ramah, aku selalu bertanya-tanya, apakah benar hanya terjepit pintu lemari es tangan bisa patah?

Kini aku menyadari, pemilik warteg itu mengira bahwa aku berniat mengambil dagangannya yang ada di dalam lemari es kaca itu. Ya, itu! aku baru menyadarinya
Pantas saja pemilik warteg itu terlihat marah, kukira dia ingin memperingatkanku bahwa pintu lemari es memang berbahaya.


Well, begitulah... Tak perlu terlalu berburuk sangka guys. Anak-anak kecil sebenarnya belum tahu apa-apa tentang kelicikkan dunia, mereka tak sama dengan orang dewasa yang penuh tipu daya.